Sabtu, 14 September 2019

Keunikan Suku Samin Dalam Menjaga Kultur




Suku Samin yakni sebuah suku yang berada di tempat Blora, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur. Masyarakat Samin lebih menyukai menyebut diri mereka ‘wong sikep’, sebab berdasarkan mereka ‘Samin’ memiliki konotasi negatif. Ajaran Samin berasal dari Samin Surosentiko yang bernama absah Raden Kohar kelahiran Randublatung pada tahun 1859 dan meninggal tahun 1914 dikala diasingkan di Padang.




Masyarakat Samin familiar lugu tetapi kritis. Mereka tak menyukai pendudukan Belanda dan Jepang serta bagaimana mereka memegang rakyat. Konfrontasi mereka kepada penjajahan bukan dengan kekerasan, tetapi dengan penolakan kepada tata tertib membayar pajak dan menolak semua regulasi yang diatur dikala itu. Sikap mereka ini membikin pemerintah kolonial Belanda ataupun Jepang pusing dan sulit dalam menghadapi mereka.

Kebudayaan suku Samin yang terkesan kolot menjadi fenomena tersendiri di Indonesia. Melainkan eksistensi mereka menjadi cermin jenis kultur Indonesia yang masih ada hingga kini. Di tengah kehidupan yang mementingkan duniawi, entah itu harta ataupun tahta, secara tak lantas Samin mengajari terhadap kita bahwa hidup juga semestinya manusiawi dan mengandalkan budi pekerti. Kehidupan suku Samin ini pantas untuk dibahas sebab termasuk salah satu pesona Indonesia yang mulai terancam.

Kebudayaan Suku Samin dan Keberadaannya di Tengah Masyarakat



Suku Samin betul-betul tertutup dan hidup dengan mengisolasikan diri. Pun mereka baru tahu Indonesia merdeka sekitar tahun 1970-an. Jumlah pengikut Samin ini tak banyak, mereka tinggal di tempat pegunungan Kendeng, perbatasan dua kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bermula dari Blora, Jawa Tengah, ajaran Samin ini mulai menyebar hingga ke sekitar Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan atau sekitar perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Orang Samin atau wong sikep tak sekolah layaknya orang lain. Mereka juga tak berdagang, sebab berdasarkan mereka dalam berdagang ada faktor ketidakjujuran dan itu betul-betul bertolak belakang dengan ajaran mereka. Berdasarkan mereka, agama yakni pegangan hidup yang semestinya dipatuhi. Orang Samin tak pernah membenci agama lain dan tak pernah membedakan mereka. Sikap dan budi pekerti dalam hidup yakni yang terlebih.

Sikap orang Samin yang terlalu simpel dan jujur ini tak jarang dianggap terlalu polos oleh orang-orang luar, sebab tak cocok dengan kondisi zaman kini. Hidup dengan mengisolasi diri di tengah keramaian dan perkembangan zaman, membikin mereka dianggap sebagai lelucon oleh orang luar. Kini biasa, orang Samin memang betul-betul jujur, mereka tak menyukai berdusta ataupun mencuri, dan selama ini mereka menganggap pemerintah Indonesia tak jujur.

Fenomena eksistensi suku Samin terdengar hingga ke kuping orang luar dan mereka beratensi untuk meneliti semua hal yang berhubungan dengan suku yang dapat dibilang idealis ini. Ada sebagian kitab yang dianggap sebagai petunjuk hidup orang Samin, diantaranya Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-Uri Pambudi, Serat Jati Sawit, dan Serat Lampahing Urip.

Kini telah zamannya gadget. Teknologi canggih lainnya malahan mungkin sedang menyusul untuk release. Kini ini yakni zaman baru yang ditandai dengan metode berdaya upaya manusia yang berbeda dengan dahulu. Kuatnya kultur baru menyokong masyarakat Samin untuk berubah sedikit demi sedikit. Benteng yang memegang suku Samin dengan dunia luar malahan sedikit demi sedikit tertembus. , suku Samin telah mengaplikasikan traktor dan pupuk kimia dalam bertani, juga dalam memenuhi keperluan rumah tangga telah mengaplikasikan alat rumah tangga yang terbuat dari plastik dan almunium.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar